Bersatunya Ruh dan Jasad
“Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur. Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat” (QS Al-Insan 76:2)
Manusia diciptakan dari perpaduan sifat-sifat materi dan ruh, antara sifat binatang dan sifat malaikat, antara kebutuhan dan motif fisiologi dengan kebutuhan dan motif ruh untuk mencapai kesempurnaan kemanusiaan. “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat, sesungguhnya aku menciptakan manusia dari tanah. Maka apabila telah Kusempurnakan kejadian dan Kutiupkan kepadanya ruh-Ku, maka hendaklah kamu bersujud kepada-Nya.” (QS Shad 38:71-72).
Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya seorang dari kalian penciptanya dikumpulkan dalam perut ibunya selama empat puluh hari sebagai nuthfah. Kemudian menjadi segumpal darah, kemudian menjadi segumpal daging, kemudian malaikat dikirim untuk mengembuskan ruh padanya. Dan diperintahkan untuk menulis empat perkara, rezekinya, ajalnya, amalnya, dan celakanya atau bahagianya.” (HR Bukhari)
Dengan kekuatan ruh inilah kelahiran seorang manusia disebut dalam keadaan fitrah. Fitrah yang dimaksud adalah agama yang hanif (lurus), sebagai potensi dan kesiapan untuk memakrifati Allah. Kekuatan fitralah yang manusia cenderung kepada kebenaran, memiliki kesiapan untuk berbuat baik dan menolak semua jenis keburukanakan tetapi karena di dalam diri manusia sekaligus terdapat unsur maateri, kecenderungan untuk beradaptasi dengan lingkungan buruk juga merupakan realitas alamiah seorang manusia. Untuk itu fitrah sebagai kekuatan potensial agar tumbuh berkembang kearah yang benar membutuhkan pendidikan dan pengajaran.
Hidup manusia sebenarnya perjuangan untuk menyeimbangkan kebutuhan-kebutuhan tubuh dan ruh. Bahwa tubuh membutuhkan makanan, tidur, jauh dari panas, dingin dan sakit, dan kasih sayang dari lawan jenis, serta kebutuhan-kebutuhan lain yang penting bagi kelangsungan hidupnya. Sedangkan ruh membutuhkan kebutuhan khusus. Ia rindu mengenal Allah, beribadah dan taqarrub kepada-Nya dengan ketaatan dan amal-amal shalih
“Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur. Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat” (QS Al-Insan 76:2)
Manusia diciptakan dari perpaduan sifat-sifat materi dan ruh, antara sifat binatang dan sifat malaikat, antara kebutuhan dan motif fisiologi dengan kebutuhan dan motif ruh untuk mencapai kesempurnaan kemanusiaan. “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat, sesungguhnya aku menciptakan manusia dari tanah. Maka apabila telah Kusempurnakan kejadian dan Kutiupkan kepadanya ruh-Ku, maka hendaklah kamu bersujud kepada-Nya.” (QS Shad 38:71-72).
Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya seorang dari kalian penciptanya dikumpulkan dalam perut ibunya selama empat puluh hari sebagai nuthfah. Kemudian menjadi segumpal darah, kemudian menjadi segumpal daging, kemudian malaikat dikirim untuk mengembuskan ruh padanya. Dan diperintahkan untuk menulis empat perkara, rezekinya, ajalnya, amalnya, dan celakanya atau bahagianya.” (HR Bukhari)
Dengan kekuatan ruh inilah kelahiran seorang manusia disebut dalam keadaan fitrah. Fitrah yang dimaksud adalah agama yang hanif (lurus), sebagai potensi dan kesiapan untuk memakrifati Allah. Kekuatan fitralah yang manusia cenderung kepada kebenaran, memiliki kesiapan untuk berbuat baik dan menolak semua jenis keburukanakan tetapi karena di dalam diri manusia sekaligus terdapat unsur maateri, kecenderungan untuk beradaptasi dengan lingkungan buruk juga merupakan realitas alamiah seorang manusia. Untuk itu fitrah sebagai kekuatan potensial agar tumbuh berkembang kearah yang benar membutuhkan pendidikan dan pengajaran.
Hidup manusia sebenarnya perjuangan untuk menyeimbangkan kebutuhan-kebutuhan tubuh dan ruh. Bahwa tubuh membutuhkan makanan, tidur, jauh dari panas, dingin dan sakit, dan kasih sayang dari lawan jenis, serta kebutuhan-kebutuhan lain yang penting bagi kelangsungan hidupnya. Sedangkan ruh membutuhkan kebutuhan khusus. Ia rindu mengenal Allah, beribadah dan taqarrub kepada-Nya dengan ketaatan dan amal-amal shalih
0 komentar
Posting Komentar