Bersatu Dengan Tuhan
Tujuan filsafat Plotanius adalah tercapainya kebersatuan dengan Tuhan. Caranya ialah pertama-tama dengan mengenal alam dengan melalui alat indra, dengan ini kita mengenal keagungan Tuhan, kemudian kita menuju jiwa dunia, setelah itu menuju jiwa ilahi. Jadi perenungan itu dimulai dari perenungan tentang alam menuju jiwa ilahi, obyeknya dari yang jamak kemudian kepada yang satu. Dalam perenungan terakhir itu terjadi keintiman, tidak terpisah lagi antara merenung dengan yang direnungkan (Mayer :332)
Yang hendak dicapai ialah prinsip realitas, itu ada dalam yang satu. Kita dapat mengenal itu dengan kemampuan yang ada pada kita, itu merupakan kebijaksanaan yang ada pada kita dari Dia. Di dalam kita ada sesuatu seperti Dia. Dimanapun engkau berada engkau berhadapan dengan ke-Ada-an Nya. Engkau merasakan Dia ada di dalam engkau (Mayer: 332). Dengan cara ini jiwa akan sampa pada prinsip relitas, demikian Plotanius. Pada tingkat terakhir ini tidak ada lagi keterpisahan, tidak ada lagi jarak, tidak ada lagi kesadaran tentang ruang dan waktu, todak ada lagi kesadaran tentang kejamakan, keadaan itu mengatasi semua kategori. Itu suatu keadaan tang jarang terjadi bahkan Plotanius pun hanaya mengalami beberapa kali. Caranya mudah saja, mensucikan roh. Benda disekitar kita diabaikan sama sekali. Juwa semata hidup di alam pikiran dan alam roh. Hanya dengan itu cara bersatu dengan Tuhan. Itu hanya dapat dilakukan dengan cara mengembangkan perasaan, keluar dari diri sendiri, inilah yang dimaksud dengan extace (Hatta:34-5). Filsafat tidak dapat menjelaskan hal itu. Sebaiknya kita menerimanya dengan diam dan merealisasikannya dalam kehidupan. Pengalaman mistik itu berada di dalam akal.
Tujuan filsafat Plotanius adalah tercapainya kebersatuan dengan Tuhan. Caranya ialah pertama-tama dengan mengenal alam dengan melalui alat indra, dengan ini kita mengenal keagungan Tuhan, kemudian kita menuju jiwa dunia, setelah itu menuju jiwa ilahi. Jadi perenungan itu dimulai dari perenungan tentang alam menuju jiwa ilahi, obyeknya dari yang jamak kemudian kepada yang satu. Dalam perenungan terakhir itu terjadi keintiman, tidak terpisah lagi antara merenung dengan yang direnungkan (Mayer :332)
Yang hendak dicapai ialah prinsip realitas, itu ada dalam yang satu. Kita dapat mengenal itu dengan kemampuan yang ada pada kita, itu merupakan kebijaksanaan yang ada pada kita dari Dia. Di dalam kita ada sesuatu seperti Dia. Dimanapun engkau berada engkau berhadapan dengan ke-Ada-an Nya. Engkau merasakan Dia ada di dalam engkau (Mayer: 332). Dengan cara ini jiwa akan sampa pada prinsip relitas, demikian Plotanius. Pada tingkat terakhir ini tidak ada lagi keterpisahan, tidak ada lagi jarak, tidak ada lagi kesadaran tentang ruang dan waktu, todak ada lagi kesadaran tentang kejamakan, keadaan itu mengatasi semua kategori. Itu suatu keadaan tang jarang terjadi bahkan Plotanius pun hanaya mengalami beberapa kali. Caranya mudah saja, mensucikan roh. Benda disekitar kita diabaikan sama sekali. Juwa semata hidup di alam pikiran dan alam roh. Hanya dengan itu cara bersatu dengan Tuhan. Itu hanya dapat dilakukan dengan cara mengembangkan perasaan, keluar dari diri sendiri, inilah yang dimaksud dengan extace (Hatta:34-5). Filsafat tidak dapat menjelaskan hal itu. Sebaiknya kita menerimanya dengan diam dan merealisasikannya dalam kehidupan. Pengalaman mistik itu berada di dalam akal.
0 komentar
Posting Komentar