Jumat, 13 Januari 2012

Intuisionisme Menurut Henry Bergson



Intuisionisme Menurut Henry Bergson

Henry Bergson (1859-1941) adalah tokoh aliran ini. Ia menganggap tidak hanya indera yang terbatas, akal jiga terbatas. Obyek-obyek yang kita tangkap adalah obyek yang selalu berubah, demikian Beergson. Jadi pengetahuan kita tentangnya tidak pernah tetap. Intelek atau akal juga terbatas. Akal hanya memahami suatu obyek bila ia mengonsentrasikan dirinya pada obyek itu, jadi dalam hal seperti itu manusia tidak mengetahui keseluruhan (unique), tidak juga memahami sifat-sifat yang tetap pada obyek. Akal hanya mampu memahami bagian-bagian dari obyek, kemudian bagian-bagian itu digabung oleh akal. Itu tidak sama dengan pengetahuan menyeluruh tentang obyek itu.
            Dengan menyadari keterbatasan indera dan akal seperti diterangkan di atas, Bergson mengembangkan satu kemampuan tingkat tinggi yang dimiliki manusia, yaitu intuisi. Ini adalah hasil evolusi pemahaman yang tertinggi. Kemampuan ini mirip dengan instinct, tetapi berbeda dalam kesadaran dan kebebasannya. Pengembangan kemampuan ini (intuisi) memerlukan suatu usaha. Kemampuan inilah yang dapat memahami kebenaran yang utuh, yang tetap, yang unique. Intuisi ini menangkap obyek secara langsung tanpa melalui pemikiran. Jadi, indera dan akal hanya mampu menghasilkan pengetahuan yang tidak utuh (spatial), sedangkan intuisi dapat menghasilkan pengetahuan yang utuh, tetap. (lihat Encyclopedia Amerika, 3:580-1).
            Kemampuan menerima pengetahuan secara langsung itu diperoleh dengan cara latihan, yang di dalam islam disebut suluk, secara lebih spesifik disebut riyadlah. Riyadlah artinya latiha.

1 komentar

Juhriyanto 1 Juni 2012 pukul 05.34

intuisi memang tidak pernah salah

Posting Komentar